Latest Movie :

Laporan Praktikum Hukum Mandel 1

Laporan Praktikum Genetika

Acara II
HUKUM MANDEL I


Rio Setya Bayu
NPM : E1J011051

Shift: 2. Rabu (14.00-16.00)
Kelompok : 2

Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
==========================================================

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Hukum mandel 1 adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda. Hukum ini terdiri dari dua bagian: 1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan 2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas itu dikenal sebagai segregasi gen (Fandri.2008). Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi, sperma yang jumlahnya banyak bersatu secara acak dengan ovum untuk membentuk individu baru. Mendel melakukan percobaan selama 12 tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang) sejenis buncis dengan memerhatikan satu sifat beda yang menyolok. Misalnya, buncis berbiji bulat disilangkan dengan buncis berbiji keriput, buncis dengan biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau, buncis berbunga merah dengan bunga putih, dan seterusnya. Untuk memudahkan mempelajarinya, tiap-tiap persilangan diberi simbol. Pada saat menyilangkan, tanaman induk diberi notasi P (singkatan dari parental=induk). Keturunan 1 (keturunan pertama) yang dihasilkan disebut F1 (singkatan dari filial = keturunan). Untuk mendapatkan keturunan 2 (F2) dilakukan persilangan antar sesama F1. caranya, Mendel menanam tumbuhan F1 yang disilangkan dengan tumbuhan F1 yang lain.  Persilangan antara (F1 X F1) pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau perkawinan perbandingan genotipe yaitu 1:2:1, dan perbandingan fenotipe 3:1. (Suryati,Dotti.2011)

1.2 Tujuan
  • Peraktikum ini bertujuan untuk
1.      Mencari angka-angka pembanding sesuai dengan hukum mendel.
2.      Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
3.      Memahami pengertian dominan, resesif, genotipe, fenotipe.

 
BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM


2.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2012 pukul 14.00-16.00 Wib. Bertempat di Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

2.2 Alat Dan Bahan
  •  Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
  • 1.      Model gen (kancing genetik) 2 warna
  • 2.      Dua buah stoples        

2.3 Cara Kerja
1. Ambillah model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina).
2. Sisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.
3. Bukalah pasangan gen di atas(langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah atau individu putih.
4. Gabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.
5. Pisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
6. Selanjutnya semua model gen jantan baik merah maupun putih masukkan kedalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7. Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak sebuah gen dari masing-masing stoples, kemudian pasangkan.
8. Lakukan secara terus-menerus pengambilan model gen sampai habis dan catat setiap pasangan gen yang terambil kedalam table pencatatan.
9. Bisa juga denga mengambilkan model gen yang terambil (langkah 8) kedalam stoples  masing-masing untuk selanjutnya mendapatkan kesempatan terambil lagi. Lakukan percobaan serupa untuk pengmbilan 20 x, 40, dan 60x.



BAB III
HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20X
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-merah

5
2
Merah-putih

10
3
Putih-putih

5

Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40X
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-merah

6
2
Merah-putih

27
3
Putih-putih

7

Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60X
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-merah

14
2
Merah-putih

28
3
Putih-putih

18

Tabel 4. Perbandingan /nisbah fenotipe pengamatan/ observasi (O) dan nisbah harapan/ teoritis/ expected (E) untuk pengambilan 20 X.
Fenotipe
Pengamatan (Observasi += O)
Harapan
(Expected)
Deviasi
(O-E)
Merah
15
15
0
Putih
5
5
0
Total
20
20
0

Tabel 5. Perbandingan /nisbah fenotipe pengamatan/ observasi (O) dan nisbah harapan/ teoritis/ expected (E) untuk pengambilan 40 X.
Fenotipe
Pengamatan (Observasi += O)
Harapan
(Expected)
Deviasi
(O-E)
Merah
33
30
3
Putih
7
10
- 3
Total
40
40
0

Tabel 6. Perbandingan /nisbah fenotipe pengamatan/ observasi (O) dan nisbah harapan/ teoritis/ expected (E) untuk pengambilan 60 X.
Fenotipe
Pengamatan (Observasi += O)
Harapan
(Expected)
Deviasi
(O-E)
Merah
42
45
- 3
Putih
18
15
3
Total
60
60
0



BAB IV
PEMBAHASAN

Hukum mandel 1 adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel.
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.( Anonim.2010)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing genetic dengan dua perbedaan pada warna yaitu kancing gen yang berwarna merah  dan kancing gen berwarna putih. Diperoleh
1.      Pengambilan 20x yang menghasilkan merah-merah 5, merah-putih 10 dan putih-putih 5. Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/ observasi (O) Merah= 15, putih= 5. Harapan (Expected) merah= 15, putih= 5. Deviasi (O-E) merah= 15-15= 0, putih= 5-5= 0. Total pengamatan (O)= 20, total Harapan(E)= 20, dan Total deviasi(O-E)= 0
2.      Pengambilan 40x yang menghasilkan merah-merah = 6, merah-putih = 27 dan putih-putih = 7. Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/ observasi (O) Merah= 33, putih= 7. Harapan (Expected) merah= 30, putih= 10. Deviasi (O-E) merah=33-30=3, putih= 7-10= -3. Total pengamatan (O)= 40, total Harapan(E)= 40, dan Total deviasi(O-E)= 0.
3.      Pengambilan 60x mengahasilkan merah-merah = 14, merah-putih = 28 dan putih-putih = 18. Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/ observasi (O) Merah= 42, putih= 18. Harapan (Expected) merah= 45, putih= 15. Deviasi (O-E) merah=42-45= -3, putih= 18-15= 3. Total pengamatan (O)= 60, total Harapan(E)= 60, dan Total deviasi(O-E)= 0.
            Untuk hasil fenotipe merah yang selalu unggul dalam jumlah observasi maupun harapan dari fenotipe putih, deviasinya selalu sama angkanya, tetapi hanya berbeda di tanda negative (yang berarti kurang/lebih sedikit)  dan positif (bertambah/lebih banyak).  Hal ini berhubungan dengan Hokum Mendel I bahwa gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada kturunannya. (Yatim, Wildan. 1983)  
Model gen jantan baik merah maupun putih dan model gen betina baik merah maupun putih dengan tanpa melihat dan sambil mencampur gen-gen tersebut, didapat nisbah atau perbandingan genotipe yang sesuai dengan yang diharapkan seperti yang dilakukan oleh Mendel yaitu 1 : 2 : 1 (1 merah-merah : 2 merah-putih : 1 putih-putih). Hal ini disebabkan karena penggabungan (zigot) gamet-gamet dari tiap tetua untuk membentuk sel pertama dari zuriat individu baru terjadi secara acak, dan terjadi tanpa ditentukan oleh gen yang dibawanya. Sehingga dengan hal ini untuk perbandingan fenotipe dapat ditentukan, karena gen yang  homozigot dominan adalah gen merah dan gen putih homozigot resesif sebagai tetuanya sehingga perbandingan fenotipenya 3 : 1 (3 merah : 1 putih). Dan untuk nilai 3 tidak hanya gen merah-merah tetapi terdapat juga gen merah-putih, karena gen merah sebagai dominan dalam persilangan ini dan gen putih sebagai resesif. Untuk nilai 1 hanya terdapat gen putih-putih karena tidak terdapat gen dominan gen merah atau dengan kata lain homozigot resesif.

Disilanglan kancing gen merah (MM) dengan kancing gen putih (mm).

            P           ♀   Merah     X    ♂   Putih                    (fenotip)
                                (MM)                  (mm)                   (genotip)
           Gamet              M                         m

           F.1            ♀  Mm      X      ♂     Mm
                            (merah)                    (merah)
          G                M,     m                M,       m
  
 Segregasi
♀/♂
M
M
M
MM
(merah)
Mm
(merah)
m
Mm
(merah)
Mm
(putih)

              *   Ratio genotipe F.2  =     MM   :  Mm    :    mm   =  1  :  2  :  1
              *   Ratio Fenotipe F.2  =    merah   :   putih              =  3  :  1



BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
  • Apabila persilangan gen antara gen homozigot dominan dan homozigot resesif  sebagai tetuanya maka akan didapat perbandingan genotipe 1 : 2 : 1 (1 untuk homozigot dominan : 2 untuk heterozigot : 1 untuk homozigot resesif). Dan didapat pula perbandingan fenotipe yaitu 3 : 1 (3 untuk gen yang dominan : 1 untuk gen yang resesif).
  • Penggabungan (zigot) gamet-gamet dari tiap tetua untuk membentuk sel pertama dari zuriat individu baru terjadi secara acak, dan terjadi tanpa ditentukan oleh gen yang dibawanya.
  • Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : genotipe yaitu (Merah-merah:Merah-putih:Putih-putih) 1:2:1, dan perbandingan fenotipe (merah:putih) 3:1.
  • Gen merah bersifat dominan terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen merah karena gen putih bersifat resesif. 
  • Gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada karakter keturunannya. Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari tetua jantan maupun betina. Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel resesif tidak nampak tetapi akan diwariskan pada gamet yang dibentuknya.

5.2 Saran
  • Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum, waktu yang telah diberikan digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Saat praktikum berlangsung praktikan harus memperhatikan apa yang di jelaskan oleh dosen dan coass.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Hukum Mandel I. http://wikipedia.com/hukum_pewarisan_mendel.html
Fandri.2008. Hukum Mandel I. http://samudra's_blog/fandri/hukum-mendel-1.html
Suryati, Dotti. 2011. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Yatim, Wildan. 1983. Genetika Edisi ke-3. Bandung : Tarsito.




JAWABAN PERTANYAAN

1.      Berapa macam pasangan genotope yang anda peroleh?...
Jawab
Pasangan genotipe yang diperoleh adalah 3 macam, yaitu, MM (merah), Mm (merah), dan mm (putih).

2.      Berapa perbandingannya?...
Jawab
  • Untuk percobaan 20 x, perbandingannya MM : Mm : mm= 5 : 10 : 5 sama dengan (1:2:1)
  • Untuk percobaan 40 x, perbandingannya MM : Mm : mm= 6 : 27 : 7 sama dengan (1:2:1)
  • Untuk percobaan 60 x, perbandingannya MM : Mm : mm= 14 : 28 : 18 sama dengan (1:2:1)

3.      Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotipe yang diperoleh?...
Jawab
  • Perbandingan fenotipe jika gen merah dominan adalah :
  • Untuk percobaan 20 x, perbandingannya Merah : putih = 15 : 5 sama dengan (3:1)
  • Untuk percobaan 40 x, perbandingannya Merah : putih = 33 : 7 sama dengan (3:1)
  • Untuk percobaan 60 x, perbandingannya Merah : putih = 42 : 18 sama dengan (3:1)

4.      Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan model 2 ini?....
Jawab
  • Dari percobaan model 2 ini dapat disimpulkan bahwa perbandingan genotipe pada persilangan monohibrid adalah 1 : 2 : 1, sedangkan perbandingan fenotipenya adalah 3 : 1.
  
Terima kasih sudah membaca artikel ini, jangan lupa tinggalkan jejak di blog ini. 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Nonton Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger